Friday, July 2, 2010

Pilihan

*lirik kanan* *lirik kiri*

Sebaiknya gwe menuliskan ini dengan cepat sebelum gwe dihakimi massa. Alasan pertama gwe menulis ini adalah, hm... karena adanya entry blog menggelitik milik salah seorang teman (terus menggelitiknya pake sumpit yang ujungnya lancip gitu, jadi rasanya geli-geli sakit) yang membuat gwe wmerasa harus membuat entry respon (meskipun gwe ga terlalu yakin kalau ybs bakalan baca juga). Alasan kedua, nggak sepenting alasan pertama, tapi daripada keliatan banget kalo gwe pengen KEPO... *ehem*, karena yang lain udah posting banyak, dan gwe merasa gwe agak terkucil karena nama gwe di tag cloud jadi keliatan kecil... NGGAK SUKA.

Baiklah...

Satu hal yang sempat gwe amati dari pola hubungan homo ini adalah tingkat melodramatis yang tinggi. Benar sekali. Satu perempuan, drama. Dua perempuan, double drama. Belum termasuk kalau ada cerita perselingkuhan, triple drama. Dan, sejujurnya, meskipun sebenarnya kehidupan percintaan homo itu nggak drama-drama amat (hasil pengamatan terstruktur yang gwe lakukan terhadap beberapa pasangan homo, sebenernya), tapi banyak yang mendramatisir, dan memblow-up drama tersebut di media-media. Secara, sekarang gampang banget bikin blog gratisan, cerita-cerita drama nan sedih pun bermunculan di lesbian blog-lesbian blog di penjuru dunia.

Okay... kemana arah pembicaraan ini...?

Apakah gwe akan mencaci maki mereka yang mendramatisir keadaan, dan membuat seolah-olah kehidupan lesbian itu menderita banget? Nggak... ada orang lain yang lebih suka dengan judging-judging gitu, dan itu bukan gwe. Tapi kenyataan bahwa ada hal-hal ternyata "TIDAK SALAH" dari drama-drama itu.

Gwe mengkategorikan drama itu menjadi 3 jenis drama:
1. drama percintaan: biasanya terjadi pada homo yang sudah coming out, tapi pacarnya belom. Alhasil mereka menjalani percintaan yang penuh tantangan dan derai air mata. Entah nanti si homo ditinggal kawin, atau si homo diputusin tiba-tiba karena pacarnya pingin balik normal... Pokoknya masalahnya seputar itu...
2. drama keluarga: ada dua macem kalau yang ini... yang pertama si homo udah coming out sama keluarganya, lalu pihak keluarga menentang dengan berbagai cara (nyokap nangis-nangis, ngancem bunuh diri, diusir bokap, dilecehkan kakak, dijauhi adik... dikurung dirumah, kabur dari rumah, dan sebagai sebagainya). Atau, si homo nggak coming out ke keluarganya (sembunyiin dari ortunya, atau keluarga besarnya, atau malah sembunyi dari suami dan anak2nya?)
3. drama religi: semuanya baik-baik saja di luar, tapi si homo suka mellow sendiri, merasa dosa dan ingin bertobat, tapi nggak mampu karena sukanya sama sesama pere...

**Sudah gwe bilang, gwe harus menuliskan ini cepet-cepet sebelum gwe dihakimi massa... **

Lalu mengapa...? Why oh why, Kleine, kau membawa luka lama ini ke permukaan?

Nggak papa.. iseng aja. **narator: apakah Kleine akan dibunuh oleh para pembacanya?**

Kalau dalam skripsi, kesimpulan harus bisa menjawab pertanyaan penelitian yang ada di bab pertama, maka gwe pun kembalikan lagi ini ke paragraf pertama (atau kedua?). Ada hal yang menggelitik geli-geli sakit dari blog entry temen gwe itu. Gwe mengkategorikan blog entrynya itu dalam drama nomer satu. Drama nomer satu ini, menurut gwe lebih solvable daripada drama nomer 2 dan 3. Dan mengingatkan gwe pada sebuah pernyataan yang diungkapkan oleh seorang teman, "hubungan lesbian itu cuma sedikit yang bener2 equal"

Yang satu udah CO, yang satu belom. Yang satu masih berstatus istri orang, yang satu bebas merdeka. Yang satu backstreet, yang satu pengen CO nggak bisa karena menjaga 'keamanan' pasangannya. Yang satu pengen sayang-sayangan, yang satunya nggak berani karena takut kegap. Dan kalau mereka sedang berduka lara, lalu gwe tanya, "Kenapa nggak cari yang lain aja?", maka jawabannya adalah: "Karena gwe sayang sama yang ini..."

Gwe selalu sedih setiap kali ada lesbian yang berpikir bahwa tidak ada lagi pilihan di luar sana untuknya. Rela disakiti, yang penting jangan dijauhi. Rela diduain yang penting jangan ditinggalin. Rela dijadiin TTM, yang penting tetap mesra. Rela menyakiti diri sendiri... rela menunggu dalam waktu yang tidak jelas... Aargh...

Kenapa? Kenapa? Kenapa kalian? Tidak tahukah di luar sana PASTI ada orang yang bisa membalas perasaan kalian dengan equal. Bisa membahagiakan kalian seperti kalian berusaha membahagiakan dia. Hiks... gwe jadi emosi.

Baiklah... sebelum jatuh korban.

See ya

No comments:

Post a Comment